Jenis-jenis Penguntit Yang Harus Anda Waspadai – Jelas bahwa meskipun kasus penguntitan sering terlihat serupa di permukaan dan melibatkan jenis perilaku yang sama, alasan mengapa orang terlibat dalam penguntit sangat kompleks dan beragam. Sejumlah tipologi berbeda telah diajukan untuk membantu kita memahami perilaku penguntit.
Jenis-jenis Penguntit Yang Harus Anda Waspadai
esia – Mungkin jeda yang paling mudah menguntit ke dalam jenis hubungan sebelumnya yang dimiliki korban dengan penguntit. Menggunakan tipologi ini, penguntit dapat diklasifikasikan sebagai mantan intim seksual (ex-intim), seorang kenalan (termasuk teman dan anggota keluarga), atau orang asing (baik figur publik atau orang asing pribadi) (lihat Mohandie, Meloy, Green-McGowan, & Williams (2006) Jurnal Ilmu Forensik 51, 147–155).
Baca Juga : Cara Menghentikan Cyberstalking
Tipologi berbasis hubungan ini dapat menjadi titik awal yang berguna untuk memikirkan jenis risiko dan strategi manajemen yang mungkin sesuai dalam situasi penguntitan. Penelitian dengan jelas menunjukkan bahwa mantan teman dekat jauh lebih cenderung melakukan kekerasan daripada jenis penguntit lainnya, dan korban mungkin harus melakukan tindakan pencegahan yang berbeda jika seseorang yang sangat akrab dengan mereka melecehkan mereka.
SRP menggunakan tipologi yang sedikit lebih kompleks yang memberikan informasi tambahan untuk membantu para profesional memahami dan mengelola perilaku penguntitan. Tipologi ini, dikembangkan oleh Paul Mullen, Michele Pathé dan Rosemary Purcell, membagi penguntit menjadi lima jenis, yang dijelaskan lebih lanjut di bawah ini. Tipologi ini menempatkan penekanan terbesar pada konteks di mana penguntitan muncul dan motivasi awal penguntit untuk menghubungi korban.
Ini kemudian menggabungkan sifat hubungan sebelumnya antara korban dan penguntit, dan peran penyakit mental dalam memotivasi perilaku menguntit. Tipologi ini benar-benar berfokus pada fungsi yang tampak dari perilaku penguntit, karena hal itu dapat membantu memandu penilaian, dan akibatnya, dapat menginformasikan pengobatan dan manajemen.
Penguntit yang Ditolak
Penguntitan yang ditolak muncul dalam konteks putusnya hubungan dekat. Korban biasanya mantan rekan seksual; namun anggota keluarga, teman dekat, atau orang lain yang memiliki hubungan sangat dekat dengan penguntit juga bisa menjadi sasaran Penguntitan yang Ditolak. Motivasi awal dari Penguntit yang ditolak adalah mencoba mendamaikan hubungan, atau membalas dendam atas penolakan yang dirasakan. Dalam banyak kasus Penguntit yang ditolak hadir sebagai ambivalen tentang korban dan terkadang tampak menginginkan hubungan kembali, sementara di lain waktu mereka jelas-jelas marah dan ingin membalas dendam pada korban.
Dalam beberapa kasus penguntitan yang berlarut-larut, perilaku tersebut dipertahankan karena menjadi pengganti hubungan masa lalu karena memungkinkan penguntit untuk terus merasa dekat dengan korban. Dalam kasus lain, perilaku tersebut dipertahankan karena memungkinkan penguntit menyelamatkan harga diri mereka yang rusak dan merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.
Penguntit yang Kesal
Penguntitan yang membenci muncul ketika penguntit merasa seolah-olah mereka telah dianiaya atau bahwa mereka adalah korban dari suatu bentuk ketidakadilan atau penghinaan. Korban adalah orang asing atau kenalan yang terlihat telah menganiaya penguntit. Penguntitan yang membenci dapat muncul dari penyakit mental yang parah saat pelaku mengembangkan keyakinan paranoid tentang korban dan menggunakan penguntit sebagai cara untuk ‘membalas’ korban.
Motivasi awal untuk menguntit adalah keinginan untuk membalas dendam atau untuk ‘menyeimbangkan skor’ dan penguntit dipertahankan oleh rasa kekuatan dan kontrol yang diperoleh penguntit dari menimbulkan rasa takut pada korban. Seringkali penguntit yang kesal menampilkan diri mereka sebagai korban yang dibenarkan menggunakan penguntit untuk melawan orang atau organisasi yang menindas.
Penguntit Pencari Keintiman
Penguntitan pencari keintiman muncul dari konteks kesepian dan kurangnya orang kepercayaan dekat. Korban biasanya adalah orang asing atau kenalan yang menjadi sasaran hasrat si stalker untuk menjalin hubungan. Perilaku Penguntit pencari keintiman sering dipicu oleh penyakit mental parah yang melibatkan keyakinan delusi tentang korban, seperti keyakinan bahwa mereka sudah menjalin hubungan, meskipun tidak ada (delusi erotomania). Motivasi awal adalah untuk membangun hubungan emosional dan hubungan intim. Penguntitan dipertahankan oleh kepuasan yang berasal dari keyakinan bahwa mereka terkait erat dengan orang lain.
Pelamar yang Tidak Kompeten
Pelamar yang tidak kompeten mengintai dalam konteks kesepian atau nafsu dan menargetkan orang asing atau kenalan. Berbeda dengan Pencari Keintiman, bagaimanapun, motivasi awal mereka bukan untuk menjalin hubungan cinta, tetapi untuk mendapatkan kencan atau hubungan seksual jangka pendek.
Pelamar yang tidak kompeten biasanya menguntit untuk waktu yang singkat, tetapi ketika mereka bertahan, perilaku mereka biasanya dipertahankan oleh fakta bahwa mereka buta atau acuh tak acuh terhadap kesusahan korban. Kadang-kadang ketidakpekaan ini dikaitkan dengan keterbatasan kognitif atau keterampilan sosial yang buruk akibat gangguan spektrum autisme atau kecacatan intelektual.
Penguntit Predator
Penguntitan predator muncul dalam konteks praktik dan minat seksual yang menyimpang. Pelaku biasanya laki-laki dan korban biasanya perempuan asing di mana penguntit mengembangkan minat seksual. Perilaku menguntit biasanya dimulai sebagai cara untuk mendapatkan kepuasan seksual (misalnya, voyeurisme yang menargetkan satu korban dari waktu ke waktu), tetapi juga dapat digunakan sebagai cara untuk mendapatkan informasi tentang korban sebagai awal dari serangan seksual. Dalam pengertian ini, menguntit bersifat instrumental dan juga memuaskan bagi penguntit yang menikmati rasa kekuasaan dan kendali yang berasal dari penargetan korban yang biasanya tidak menaruh curiga.